Jumat, 15 September 2017

Artikel | Pendidikan di Indonesia; Apa yang Harus Dibenahi?

Dengan harapan mencerdaskan bangsa dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, sejak 2015 Indonesia menerapkan wajib belajar selama 12 tahun. Sudah banyak juga dikampanyekan tentang pentingnya pendidikan untuk membangun suatu bangsa. Namun nampaknya hal tersebut belum terpenuhi melihat realitas pendidikan yang ada saat ini.
Sepertinya masih banyak masalah pendidikan yang memang harus dibenahi. Mulai dari belum meratanya fasilitas pendidikan, kurikulum yang berubah-ubah, tenaga pendidik yang kurang memadai, sampai orang tua yang menuntut terlalu tinggi terhadap anaknya.
Mengenai permasalahan fasilitas pendidikan, di wilayah Indonesia bagian Timur masih dijupai kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam menunjang proses pendidikan. Contohnya saja buku-buku pelajaran yang masih minim, meja dan kursi yang sudah rapuh, jarak tempuh dari rumah ke sekolah yang jauh, serta bangunan sekolah yang tidak layak digunakan. Sementara di wilayah perkotaan dengan fasilitas yang memadai, banyak siswa yang malah menyepelekan proses pendidikan.
Terkait dengan kurikulum, untuk mengikuti perkembangan zaman, mau tidak mau segala aspek kehidupan akan mengalami perubahan. Sama halnya dalam bidang pendidikan. Mata pelajaran yang diajarkan serta metode pembelajaran pun harus dinamis. Namun jika kurikulum terlalu sering diubah,
hal ini malah akan membuat siswa kebingungan. Belum lagi di wilayah yang masih tertinggal, belum sempat mengejar ketertinggalan, kurikulumnya malah sudah diganti.
Beberapa mata pelajaran yang dulu baru diajarkan di tingkat yang bebih tinggi, saat ini sudah diajarkan sejak tingkat awal. Contohnya saja jika dulu pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS), bahasa Inggris, dan sains baru diajarkan di kelas 3 sekolah dasar, saat ini siswa kelas satu dan dua saja sudah diajarkan pelajaran yang demikian. Jika dulu siswa kelas satu dan dua sekolah dasar hanya belajar menghafal huruf, menulis, dan berhitung, saat ini jika belum bisa membaca dan menulis saja sulit untuk masuk sekolah dasar karena pendidikan dasar tersebut sudah dimulai sejak taman kanak-kanak. Hal tersebut malah membebani anak didik dengan tuntutan yang belum seharusnya dialami pada tingkatnya.
Masalah tenaga pendidikan. Tidak sedikit guru yang hanya menjalankan tugas mengajarnya sekadar sebagai profesi sehingga tidak benar-benar menididik muridnya. Beban ekonomi yang ditanggung oleh tenaga pedidik menjadikan profesi guru sebagai lahan pekerjaan semata. Jika tadinya guru merupakan profesi yang mulia, saat ini malah dianggap remeh. Beban guru yang sedemikian berat nampaknya tidak ditunjang oleh hak yang seharusnya diterima oleh tenaga pendidik tersebut, mulai dari gaji yang minim, sampai undang-undang yang mengatur perlindungan profesi ini. Di sisi lain, masih ada juga oknum guru yang malah mencederai proses pendidikan itu sendiri. Peningkatan kualitas dan kesejahteraan tenaga pendidik sangat diperlukan sebab guru bukan sekadar sebuah profesi tetapi juga pemegang tanggung jawab yang cukup besar dalam proses pendidikan.
Selama ini, proses pendidikan di sekolah juga telalu mementingkan peningkatan dalam aspek kognitif dibandingkan membentuk karakter anak didik. Hasilnya, banyak siswa yang pintar dalam akademis, namun minim dalam hal moral. Banyak dijumpai pelajar yang melakukan pelanggaran padahal di sekolah mereka dididik untuk menjadi generasi penerus bangsa yang baik. Banyak juga pejabat yang korupsi padahal dirinya lulusan pendidikan tinggi. Dalam hal ini barangkali ada yang salah dalam proses pendidikan, tentunya disamping lingkungan yang berperan penting dalam memberi pengaruh terhadap pribadi seseorang.
Nampaknya masih banyak permasalahan pendidikan di Indonesia yang harus dibenahi. Hal ini tentunya bukan hanya tanggung jawab satu pihak, tetapi tanggung jawab bersama, mulai dari pemerintah, guru, orang tua, dan peserta didik itu sendiri.

Fitria Wulandari
Bandung, 1 Mei 2017

0 komentar:

Posting Komentar