Dua dari unsur kebudayaan diantanya adalah bahasa dan kesenian. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat adan Cireundeu pastinya adalah Bahasa Sunda. Terdapat undak usuk basa (tingkatan bahasa) yang diaplikasikan dalam interaksi sehari-hari. Tingkatan bahasa dari yang paling halus untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, sampai dengan bahasa yang kasar untuk dipakai kepada hewan.
Aksara Sunda tradisional juga banyak dijumpai di kampung tersebut. meskipun umumnya digunakan aksara latin biasa, tetapi aksara Sunda tradisional tetap dipakai pada situasi tertentu, seperti ditulis pada batu nisan dan pepatah-pepatah. Meski tidak intens digunakan, disana aksara Sunda tetap harus dipelajari, minimal anak-anak mengenal aksara tersebut.
Sebab jika tidak mengenal aksara Sunda, bagaimana masyarakat bisa mengetahui sejarah dan ajaran-ajaran yang ada di tempat tinggalnya. Adapun diantara lebih dari lima puluh model aksara Sunda tradisional, model yang digunakan di kampung adat Cireundeu adalah model cacarakan (hanacaraka).
Dalam bidang kesenian, kupikir seni musik cukup menonjol dalam budaya masyarakat kampung adat Cireundeu. Disana tidak ada istilah menggurui atau mewajibkan generasi mudanya untuk mempelajari kesenian yang ada. Para “senior” hanya