Sabtu, 15 Maret 2014

Untitle | Sajak

Aku laksana bulan. Lelaki itu bagai matahari di musim semi Memberi kehangatan bagi jiwa yang lengang Membuatku berharap dengan harapan yang sebenarnya tanpa isi Belakangan, sinarnya serasa sendu Terhalang oleh kumpulan awan berwarna kelabu Oh, pertanda apakah ini? Sialnya, senja datang terlalu cepat saat aku belum sempat menerka jawabannya Kulihat bayangnya semakin menipis di ufuk hari Redup dan semakin redup Aku tersentak saat sinarnya benar-benar hilang ditelan hitamnya malam dan tiba-tiba rasa ngilu datang menyergap bagai beludru yang mengoyak jiwa Oh, lihatlah, betapa menyedihkanya bulan ini.. Dia.. lelaki itu.. Matahari yang tak pernah bisa diraih oleh Sang Bulan

0 komentar:

Posting Komentar