Hai sahabat, yang selalu tertangkap
dalam lensa mataku adalah kegembiraan.
Telah kurekam tingkah polahmu lewat tawamu yang renyah, celotehmu yang riuh,
matamu yang selalu berbinar dan pelangi yang terbentang pada tiap hadirmu
hingga siapapun disampingmu menikmati berwarnanya hari.
Aku bukan jenius yang pandai
mengkalkulasikan banyaknya masa yang kita lewati bersama karena kau juga pasti
sadari banyaknya digit angka tak cukup mendekripsikan saat-saat yang kita
jalani.
Aku sadar
akan percik sedih yang kau wujudkan dalam rupa candaan dibalik topeng senyummu.
Sayangnya kepekaanku yang selalu datang terlambat membuatmu menelan pil pahit
itu sendirian.