Minggu, 11 November 2018

Mengambil Ibrah dari Majalah Risalah



Mengikuti lajunya zaman, kegiatan dakwah tidak lagi sebatas berdiri di atas mimbar atau dalam majelis ta’lim. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyebarkan ajaran Islam, salah satunya melalui media pers. Perkembangan pers di Indonesia yang mengalami puncak kejayaan sejak era reformasi nampaknya dimanfaatkan oleh para pelaku dakwah dalam memaksimalkan kegiatan dakwah.
Pada mata kuliah Manajemen Pers Dakwah, kami mendapat tugas untuk mengunjungi media pers dakwah yang ada di Bandung. Aku dan beberapa rekan sekelompok berkesempatan untuk mengunjungi salah satu media cetak yang bergerak di bidang dakwah, yaitu Majalah Risalah yang berlokasi di Jl. Siti Muningar Hassan 2 Bandung 40242. Dalam kunjungan kami pada Senin, 20 Mei 2018 tersebut kami mendapat banyak perlajaran menarik tidak hanya sebatas informasi yang dibutuhkan untuk menyusun laporan. Apakah itu???
 
Berangkat dari niat mulia untuk memenuhi kewajiban dakwah bi al-kitabah (dakwah melalui tulisan), Majalah Risalah ini dibuat. Pada April 1963, sebelum berbentuk majalah, Risalah ini dimuat dalam bentuk buletin. Dengan menggunakan mesin stensil (mirip mesin photocopy pada masa itu) dan kertas buram, penerbitan buletin Risalah diupayakan agar bisa terbit setiap bulannya.
 
Berkat semangat yang besar dalam berdakwah, Bapak Junus Anis, sebagai pencetusnya -bersama dengan teman–temannya mulai mengembangkan buletin-buletin tersebut ke dalam bentuk majalah. Hingga kini, majalah tersebut sudah menyebar ke seluruh pulau yang ada di Indonesia, bahkan hingga ke negara Singapura.
 
Di balik kesuksesan itu, ternyata ada kisah menarik terkait sejarah terbentuknya Majalah Risalah. Bapak Junus Anis yang ketika itu mengidap penyakit jantung mengumpulkan uang untuk biaya operasi, namun ketika sudah terkumpul, dokter membatalkan operasi tersebut. Bapak Junus Anis kemudian berpikir bagimana caranya supaya uang yang dikumpulkannya tersebut dapat digunakan untuk hal yang bermanfaat, hingga akhirnya dgunakanlah untuk membuat Majalah Risalah.
 
Konten utama dalam majalah ini berisi tentang kajian Qur’an dan Sunnah. Selain itu, terdapat beberapa rubrik khusus, diantaranya adalah rubrik diniyah (berupa tafsir, hadits, aqidah, akhlak dan khutbah jumat), pemberitaan, kajian umum, serta rubrik utama. Kajian yang dimuat dalam majalah yang terbit setiap bulannya ini ditulis oleh ustad-ustad yang mumpuni di bidangnya.
 
Di era keterbukaan informasi, majalah yang berbasis Persatuan Islam (Persis) ini dapat bertahan dalam persaingan dengan cara membina pasar tetap. Permintaan cetak di wilayah Jawa Barat, khususnya Kabupaten Bandung masih tinggi. Hal ini menandakan, minat orang-orang dalam membaca majalah keagamaan cukup baik, setidaknya dalam jamaahnya sendiri.
 
Kupikir, bertahannya redaksi media cetak ini selama lebih dari 50 tahun berkat semangat dan loyalitas demi tersebarnya ajaran Islam, dan sama sekali jauh dari orientasi materi. “Karena belum mampu memberi banyak sumbangsih berupa materi. Jadi hanya majalah ini yang bisa kami berikan untuk jamaah.” Begitulah ujar Ibu Hj. Dedeh Saodah, istri dari pencetus Majalah Risalah yang kini menjabat sebagai pengelola keuangan di redaksi.
 
Memang, ya, dakwah yang tulus berangkat dari hati itu lebih ikhlas juga sampainya di hati...