Mei 2014
Matahari sudah
tergelincir sejak tadi tergantikan oleh sang bulan, jarum jam yang melingkar di
tanganku pun telah menunjuk ke angka 7. Ingar bingar dari sebuah kota besar
mulai terasa. Beberapa orang di sekitar yang tengah asik bersenda gurau dengan
pasangannya masing-masing tidak pula menggoyahkanku untuk beranjak dari bangku
yang tengah kutempati ini. Ya, beginilah aku sekarang, duduk termangu di sebuah kursi yang
berhadapan langsung dengan sebuah danau, menatap jauh ke arah depan seraya membiarkan
anganku melayang mencoba memutar waktu, menelusuri kembali halaman demi halaman
memoriku mengenai apa yang pernah terjadi tentang kami, aku dan dia.
Agustus 2009
Hari ini
pertama kalinya aku mengenakan seragam putih-abu, itu menandakan aku sudah sah
menjadi salah satu bagian –siswa– di sekolah kejuruan ini. Aku tak tahu apa
yang kurasakan saat ini, apakah aku harus senang atau malah merasa sedih karena
berada di jurusan yang seringkali dipandang remeh oleh orang-orang.
Meskipun sedikit
terdengar aneh, tapi bukankah tidak ada salahnya jika seseorang mempunyai mimpi
yang tidak masuk akal sekalipun. Bahkan seorang Edison yang dianggap memiliki
keterbelakangan pun mampu mewujudkan impiannya yang seringkali ditertawakan
oleh orang-orang.
Oktober 2009
Ini bulan ke dua
aku mengikuti kegiatan Forum Remaja Islam yang merupakan salah satu
ekstrakurikuler yang ada di sekolahku. Aku masuk ke forum ini karena
ketertarikanku dalam mempelajari agama Islam, terlebih untuk menambah
keimananku. Disamping itu, aku juga sengaja menyibukkan diri untuk mengalihkan
kepenatan akibat cibiran orang-orang yang ditujukan kepadaku.
Biasanya aku
selalu fokus memperhatikan ketika kakak senior menyampaikan materi, tetapi hari
ini tidak seperti itu. Ketika sedang memperhatikan materi yang disampaikan, seorang
lelaki yang tiba-tiba duduk di jajaran senior berhasil membuatku mengalihkan
perhatian dari apa yang seharusnya aku perhatikan. Entah mengapa aku begitu
tertarik pada lelaki tersebut. Siapa dia? Kenapa aku baru melihatnya? Bermacam
pertanyaan muncul di pikiranku. Tanpa sadar aku merasakan ribuan kupu-kupu berterbangan
di perutku, dan itu membuat pipiku terasa menghangat. Apakah ini namanya cinta
pada pandangan pertama? Ah tidak mungkin, aku hanya merasa penasaran saja
kepadanya. Tapi kenapa ini berbeda? Astaga apa yang terjadi padaku. Kenapa
mataku seakan menolak perintah otak yang menyuruh untuk berhenti memperhatikan
lelaki itu? Untungnya sebelum ketahuan melamun, aku berhasil memusatkan kembali
perhatianku pada materi yang disampaikan meskipun separuh pikiranku masih betah
pada objek yang membuatnya teralihkan tadi.
Setelah
pertemuan forum berakhir Ratna –teman sekelasku– tiba-tiba menghadang langkahku
kemudian menatapku dengan pandangan yang menelisik.