Selasa, 07 April 2015

Fiksi Mini | Plafon Usang Berdebu

Anak-anak itu tampak saling berbisik. Sesekali menunduk mengoreskan arang pensil pada kertas di hadapannya, kemudian kembali berbisik-bisik.

Seorang anak yang duduk di belakang bahkan berani melongokkan kepala ke samping, ada pula yang sampai bertukar kertas.

Di sudut terdepan, wanita paruh baya terlihat santai dengan lembaran-lembaran kertas yang dibacanya. Ia tak begitu acuh dengan keadaan kelas yang tidak kondusif.

Prosa Liris | Untukmu, Pria Terbaikku

Bagaimana kabarmu kini?

Ah, rasanya ganjil saat melontarkan itu. Selama kita masih bersama, jarang sekali kutanyakan kabarmu secara langsung. Meski banyak hal yang kauberi padaku tak lantas membuatku tergoda untuk rajin menanyakan kabarmu.

Apakah kau masih ingat? Dulu kau begitu pandai mengatur strategi saat menggerakkan tentara-tentara mungil diatas sebidang papan berpetak hitam-putih. Seringkali aku menantangmu untuk bermain, dan pada akhirnya aku harus menerima skak-mat karena kalah cerdas dibandingkanmu.