Rabu, 16 Januari 2019

Tentang Perbuatan Baik yang Tidak Lagi Baik

Kubilang pada diriku, "Tidak perlu sibuk menampilkan bahwa kamu orang baik. Kamu hanya perlu berusaha memperbaiki agar menjadi pantas untuk dikatakan baik. Apa gunanya mengumbar kebaikan jika hanya untuk sekadar menagih simpati dan mengejar eksistensi? Lagi pula, siapa yang coba kamu tarik perhatiannya dengan cara memamerkan kebaikan yang kamu lakukan? Manusia; orang-orang. Tanpa kamu mengumbar kebaikanmu sekalipun, jika kamu berbuat baik, orang-orang akan mengingat kebaikanmu. Bukankah tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula?


Tidak perlu sibuk berteriak pada dunia bahwa kamu orang baik. Pada siapa kamu berteriak bahwa kamu orang baik? Apakah pada manusia yang sama-sama pernah berbuat kesalahan? Lantas apa tujuannya? Bisa saja kamu hanya mencari pengakuan, atau malah untuk menunjukkan bahwa orang-orang tidak lebih baik dari kamu. Jika seperti itu, karena siapa kamu berbuat baik? Toh, tanpa kamu berteriak sekalipun, Tuhan Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Bisa saja dengan meneriakkannya, kebaikan tersebut malah berakhir menjadi tidak berarti apa-apa.


Tidak perlu sibuk menyeru orang-orang untuk melihat bahwa kamu orang baik. Kamu hanya diperintahkan untuk menyeru kepada kebaikan. Apa kau pikir Tuhanmu ridha pada dakwah yang melahirkan ujub dan riya dari tingkahmu yang sering pamer? Menyerukan kebaikan yang baik adalah melalui perbuatan, maka berbuat baiklah tanpa perlu menghitung-hitung kebaikan yang telah kamu perbuat. Toh, malaikat selalu siaga mencatat apapun yang kamu lakukan.


Tidak perlu sibuk menampakkan bahwa kamu orang baik. Apa kamu kamu berpikir bahwa kamu benar-benar orang baik hanya karena telah melakukan beberapa kebaikan kemudian dengan percaya diri kamu memamerkannya? Orang-orang mungkin akan memandang kamu orang baik, tapi bisa saja itu karena Tuhan menutupi keburukan yang coba kamu sembunyikan.


Jadi, berbuat baiklah tanpa perlu merasa jadi yang paling baik. Berbuat baik tanpa perlu mengumumkan perbuatanmu, apalagi menagih simpati orang-orang dari hal itu. Aku mungkin tidak lebih baik darimu, dan kamu bisa jadi tidak lebih baik dariku. Toh, hanya Tuhan yang mengetahui seberapa baiknya niat menuju ikhlas."

Selasa, 01 Januari 2019

Tentang Kekecewaan dan Penyesalan


Kubilang pada diriku, "Tidak semua usaha membuahkan hasil yang diinginkan. Tidak semua keinginan bisa berjalan sesuai harapan. Tidak semua harapan akan terkabul membawa kebahagiaan. Kemudian ketika hal tersebut terjadi, kamu akan merasa kecewa. Kekecewaan akan terus ada jika dirimu hanya terobsesi pada kesempurnaan. Lalu kesempurnaan seperti apa yang kamu mau?
Kamu perlu berusaha untuk meraih apa yang kamu inginkan, dan mempunyai harapan supaya tidak putus asa di tengah jalan. Tapi ketika semua hal tidak berjalan sesuai rencana, atau hasil yang kamu peroleh tidak memuaskan, mungkin segitulah yang pantas kamu dapatkan. Kamu tidak bisa menuntut kesempurnaan atau bahkan itung-itungan dengan Tuhan. Sebab beberapa keadaan tidak bisa dipaksakan, dan ketika Tuhan telah menentukan, tentunya Ia tahu apa yang kamu butuhkan.
Ketika jalan yang kamu tempuh tidak membawamu pada tujuan, kamu mulai merasakan penyesalan. Banyak orang bilang, lebih baik menyesal karena telah melakukan sesuatu daripada menyesal karena tidak melakukan sesuatu. Tapi nyatanya, tidak ada hal baik atau yang lebih baik ketika kamu tengah berada dalam penyesalan. Kamu akan mulai menyalahkan. Menyalahkan orang-orang, menyalahkan keadaan, menyalahkan dirimu sendiri. Itu bisa jadi hal yang wajar, namun tidak akan membawamu pada penyelesaian.
Kemudian apa yang akan kamu lakukan? Mungkin kamu perlu menangisi penyesalan, dan menerima ketidaksempurnaan. Toh, setidaknya yang kamu lakukan sudah cukup baik, karena kamu telah berusaha. Kemudian melanjutkan perjalanan, dan menyerahkan semuanya pada Tuhan. Ia Mahatahu tentang apa-apa yang baik bagimu."