“Agent of Change,” katanya
Tapi saat nongkron, dengan santai
menghisap lintingan tembakau
Tak mau peduli orang lain punya hak
hirup udara bersih
Setelahnya, puntung rokok dilempar,
diinjak, ditinggal pergi
Oh, malangnya...
“Ingin wujudkan revolusi,” katanya
Bungkus permen saja masih dibuang di
mana-mana
Ketika ditegur, tak ada tong sampah
yang dekat, alasannya
Padahal kurang dari tujuh meter ada
tong bertuliskan organik-anorganik
Huh, dasar pemalas! Revolusi dulu,
lah, mental kalian!
“Kami insan kademisi,” katanya
Tapi saat
sedang berjalan, nemu
sampah di jalan, bukannya dipungut, malah ikut menumpuk timbunan
Ikut-ikutan dalam kesesatan
Sudah tahu salah, tapi dilakukan
Bukankah itu namanya pembodohan?
Menuntut pemerintah yang tak kunjung
tanggulangi banjir
“Pemerintah tak becus!” katanya
Padahal sendirinya belum becus
merantasi kotoran sendiri
Dan petugas pengangkut sampah
dicerca pula
saat menagih iuran bulanan
kalau sampah bisa bicara, mungkin
mereka akan berdemo:
“Mana tanggung jawabmu pada kami?
Kau telantarkan kami di sembarang
tempat!
maka jangan salahkan kami,
maka jangan salahkan kami,
Jika kelak air bah datang mewakili
untuk menegur kalian”
Lingkungan tanggung jawab setiap
orang
Tak ada alasan menelantarkan sampah
Bukankah kebersihan sebagian dari
iman?
Jika ‘agen perubahan’ enggan
toleransi lingkungan,
Jangan saling menyalahkan jika kelak
si air bah datang!
Sungguh memprihatinkan...
0 komentar:
Posting Komentar