Kedamaian yang menyeruak saat kulihat matahari
mulai tersenyum meski gumpalan kapas yang disebut awan menutupi membuat
sinarnya sedikit redup. Sang Nopember telah berlalu tergantikan oleh Desember
yang mulai merayap menyisir rongga waktu yang telah ditentukan. Sementara itu
jala asa semakin kubentangkan walau ada rasa diselimuti lelah, namun tetap
kulapisi dengan rajutan do`a agar tak hancur terdesak oleh embun yang masih
setia melekat disetiap pucuk dedaunan. Hingga tak terasa bulir putih di kelopak
mata kian mendesak ke sudut yang membuatnya tak mampu menahan aliran sungai
kecil yang mulai mengalir dengan tenangnya melewati kedua belah pipi dan
akhirnya jatuh juga pada tempatku bersimpuh mendamba Ridho dari Sang Pemilik
nyawa...
0 komentar:
Posting Komentar