Selasa, 16 Februari 2016

Tentangku yang (Tidak) Perlu Diketahui



Ini mungkin terdengar aneh sebab setelah tiga tahun membuat blog dengan postingan pertama tahun 2013, baru sekarang aku mau memperkenalkan diri. Sebenarnya aku tidak begitu suka untuk mempublikasikan mengenai diriku pribadi. Kupikir, orang-orang bisa mengenaliku (secara tidak langsung) lewat apa yang kutulis. 

“Jika seperti itu, mengapa seorang Fitria Wulandari lantas melakukan hal yang tidak disukainya seperti saat ini?”

Alasan pertama, karena sebuah keharusan. Seorang dosen dari salah satu mata kuliah yang kuikuti meminta kami –mahasiswanya untuk membuat blog dan menuliskan tentang dirinya masing-masing di dalamnya. Singkatnya, aku melakukan ini karena tugas.

“Jadi kamu terpaksa, dong, saat menulis ini.”

Hahaha... bukankah dalam hidup, terkadang ada hal yang harus kamu lakukan meskipun kamu tidak menginginkannya? Itulah yang kunamakan kewajiban.
Alasan kedua, setelah kupikir-pikir, ternyata tidak ada salahnya memperkenalkan diriku pada orang-orang. Terlalu naif jika berpikiran aku tidak menginginkan popularitas. Pada dasarnya, setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan penghargaan (esteem needs) dan aktualisasi diri (self actualization needs) seperti dalam konsep kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow. Dan kupikir, lewat tulisan ini, hak-ku akan kebutuhan tersebut bisa terpenuhi.

Alasan ketiga?

Dari Mereka, Aku Belajar



Mereka mendewasa dengan sendirinya
Tanpa belaian di kepala
Tanpa sapaan sayang
Tanpa manjaan
Mereka mendewasa
Bahkan dengan bentakan
Bahkan dengan pukulan
Bahkan dengan kebebasan
Mereka mendewasa
Dari petualangan
Dari keingintahuan
Dari ke-ngeyel-an
Mereka mendewasa
Hey, kamu... tahu apa?!
Mereka mendewasa dengan caranya
Dididik oleh perih
Dilepas oleh cinta

Kutoarjo, 6 Januari 2016

Pendidikan Masa Tamu



Di bawah langit tanpa atap
Di atas tanah basah tanpa alas
Belajar jadi pribadi yang peka
Di bawah hujan deras
Di dalam tenda yang lembab
Hampir saja goyah tekad
Tapi demi tujuan
Harus tabah meski berat
Manghadapi segala rintang
Di hadapan api unggun
Dalam riuh sorak sorai
Harapan kembali membara
Dari kami yang baru bersua
Dari kami yang belum lama berjumpa
Dari kami yang baru menjadi keluarga
Rela menolong sesama
Bebas-bertanggung jawab
Mengharap ridho Sang Pencipta

Kiarapayung, 28 November 2015

Prosa Liris | Memori tentang Alun-Alun Kutoarjo



Diantara malam yang bertabur bintang. Hitamnya menjadi saksi akan kenangan yang tak ingin terkikis waktu.
Dua anak kecil berkejaran mengitari beringin tua di tengah hamparan rumput hijau. Teringat kembali akan momen tertentu dimana kita merengek untuk bisa datang ke pasar malam. Atau saat harus menahan kantuk demi sebuah pertunjukan pesta kembang api yang ikut mewarnai hitamnya malam tahun baru. Juga ketika singgah di pendopo untuk sekadar mengusir letih.
Waktu...
Waktu merupakan rangkaian perjalanan yang dinamis tanpa dapat di tahan satu detik pun. Seiring waktu berjalan, semua mulai berubah. Dua anak kecil tumbuh jadi remaja yang jarang bersua.
Pernah suatu senja,

Prosa Liris | Hai, yang Kurindu

Hai sahabat, yang selalu tertangkap dalam lensa mataku adalah kegembiraan.
Telah kurekam tingkah polahmu lewat tawamu yang renyah, aksaramu yang riuh, matamu yang selalu berbinar dan pelangi yang kau bentangkan pada tiap hadirmu hingga siapapun disampingmu bisa nikmati berwarnanya hari.
Aku bukan jenius yang pandai mengkalkulasikan banyaknya masa yang kita lewati bersama karena kau juga pasti sadari banyaknya digit angka tak cukup mendekripsikan menit saat kita jalani hari-hari.
Aku sadar akan