Selasa, 16 Februari 2016

Tentangku yang (Tidak) Perlu Diketahui



Ini mungkin terdengar aneh sebab setelah tiga tahun membuat blog dengan postingan pertama tahun 2013, baru sekarang aku mau memperkenalkan diri. Sebenarnya aku tidak begitu suka untuk mempublikasikan mengenai diriku pribadi. Kupikir, orang-orang bisa mengenaliku (secara tidak langsung) lewat apa yang kutulis. 

“Jika seperti itu, mengapa seorang Fitria Wulandari lantas melakukan hal yang tidak disukainya seperti saat ini?”

Alasan pertama, karena sebuah keharusan. Seorang dosen dari salah satu mata kuliah yang kuikuti meminta kami –mahasiswanya untuk membuat blog dan menuliskan tentang dirinya masing-masing di dalamnya. Singkatnya, aku melakukan ini karena tugas.

“Jadi kamu terpaksa, dong, saat menulis ini.”

Hahaha... bukankah dalam hidup, terkadang ada hal yang harus kamu lakukan meskipun kamu tidak menginginkannya? Itulah yang kunamakan kewajiban.
Alasan kedua, setelah kupikir-pikir, ternyata tidak ada salahnya memperkenalkan diriku pada orang-orang. Terlalu naif jika berpikiran aku tidak menginginkan popularitas. Pada dasarnya, setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan penghargaan (esteem needs) dan aktualisasi diri (self actualization needs) seperti dalam konsep kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow. Dan kupikir, lewat tulisan ini, hak-ku akan kebutuhan tersebut bisa terpenuhi.

Alasan ketiga?
Hmm... kupikir itu tidak perlu. Rasanya, dua “keadaan” di atas sudah cukup untuk dijadikan alasan untuk menulis tentang diriku.
Baiklah, kita mulai saja...
Namaku, Fitria Wulandari. Keluargaku biasa memanggilku Wulan, sedangkan teman-teman lebih sering memanggilku Fitria. Dan kau boleh memanggilku dengan salah satu dari dua nama itu. Toh, aku masih orang yang sama.
Lahir dari pasangan berdarah Jawa di Purworejo, 28 Januari 1998. Anak kedua dari dua bersaudara. Orang tua yang merantau di Bandung –tepatnya Kota Cimahi, membuatku tumbuh di lingkungan Sunda. Mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi kulewati di Bandung. Keadaan seperti itu tidak lantas membuatku melupakan asal-usul sebagai orang Jawa dengan adat istiadat yang ada.
Aku menempuh pendidikan selama enam tahun di SD Negeri Sindang Sari; tiga tahun di SMP Negeri 7 Cimahi; tiga tahun di SMK Negeri 11 Bandung jurusan Administrasi Perkantoran; dan (In Syaa Allah empat tahun) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Mungkin kau berpikir, mengapa aku memilih jurusan Komunikasi Penyiaran Islam sedangkan latar belakangku Administrasi Perkantoran. Pada awalnya, aku menginginkan berada di jurusan Akuntansi ketika SMK, sayangnya, poin ujian masukku hanya cukup untuk Administrasi Perkantoran. Karena tidak mendapat apa yang kukehendaki saat itu, aku merasa langitku runtuh. Oh, itu terdengar berlebihan...
Pada akhirnya, selama SMK, aku dibentuk untuk menjadi calon sekretaris atau clerical worker. Otomatis, hal ini menuntutku –yang seorang pendiam, untuk pandai berkomunikasi. Oleh sebab itu, aku melanjutkan pendidikan di jurusan “komunikasi”.
“Oh, jadi karena itu?” Tidak, itu hanya alibi dari seorang pelajar yang terjebak di “tempat” yang tidak dikehendakinya. Intinya, aku harus menjalani apa yang sudah terjadi sebab aku tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Aku hanya yakin bahwa Tuhanku lebih mengetahui apa yang terbaik bagiku. Dan inilah yang kunamakan takdir...
Aku suka membaca beberapa cerita dan juga berenang. Bukan berarti mahir dalam berenang, hanya saja ketika berhubungan dengan air, aku merasa nyaman karena hanya ada suara air yang terdengar. Tidak terdengar teriakan, cacian, pujian, atau suara-suara lain yang menurutku mengacaukan. Oh, rasanya dunia seakan-akan hanya milikku...
Dari banyak hal yang telah kutulis, mungkin kau menilai bahwa aku orang yang banyak bicara. Tetapi terkadang apa yang kau ketahui dari dunia maya bisa jadi berbeda dengan kenyataanya. Aku adalah gadis yang cukup pendiam dan tidak terlalu pandai dalam berkomunikasi secara verbal. Maka dari itu, aku lebih suka mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan perasaanku melalui tulisan. Ini tidak berarti aku mahir dalam hal kepenulisan, hanya saja aku sedang mencari alternatif untuk mengkomunikasikan apa yang kuinginkan ketika lisanku tidak mampu melakukannya.
Aku tidak tahu apakah ini sama saja dengan menyajikan kucing dalam karung, tetapi tidak ada salahnya, kan, belajar untuk tidak menilai sebuah buku dari sampulnya? Kupikir hal seperti ini juga berlaku dalam kehidupan. Apa yang terlihat belum tentu sesuai dengan kebenaran, dan sesuatu yang benar bisa jadi adalah hal yang tidak terlihat. Hey, apa yang kubicarakan ini???
Jika suatu hari Tuhan memperkenankan kita untuk berkenalan secara langsung, dalam perjumpaan awal mungkin kau akan berpikir bahwa aku orang yang pendiam dan pasif. Tetapi setelah lama mengenal, kau akan menemukan diriku yang berbeda.
Bersama orang-orang yang terdekat –yang kupercaya, aku bisa saja menjadi “gila”. Jadi tidak heran jika mereka (yang telah mengenalku) suatu hari mendapati akuyang tiba-tiba tertawa atau menangis, bicara panjang lebar kemudian terdiam, atau berbicara di luar topik pembicaraan sehingga tidak jarang mereka menjadi kesal. Hahaha... terdengar aneh, memang. “Entah positif atau negatif, menjadi asik ketika kau telah benar-benar mengenalnya,” itu yang mereka katakan tentangku.
Terlepas dari seperti apa atau siapa diriku yang sebenarnya, kau tidak perlu berpusing-pusing menerkanya, sebab aku sendiri juga tengah mencarinya. Yang jelas, aku berusaha hidup dengan menjalani apa yang telah ditetapkan oleh Tuhanku. Melakukan apa yang harus dan bisa kulakukan, menunaikan hak dan kewajibanku terhadap Tuhanku, agamaku, dan keluargaku. Bebas dan Bertanggung Jawab.
Menjalani apa yang (kira-kira) membawa manfaat dan menjauhi apa yang (kira-kira) menyebabkan mudharat. Kenapa “kira-kira”? karena bagi manusia, seperti dalam teori Heisenberg, “ketidakpastianlah yang pasti”. Pemikiran dan perasaan manusia itu realatif. Begitupun denganku yang tidak tahu apa yang benar-benar benar dan apa yang benar-benar salah, serta imanku juga fluktuatif. Maka dari itu, tolong ingatkan jika aku melakukan sesuatu yang tidak baik.
Kiranya ini semua cukup sebagai perkenalan awal. Jika kau ingin mengenalku lebih jauh, kau bisa mengikuti aktivitasku dalam blog ini, atau juga dalam Facebook: Fitria Wulandari. Oh, aku juga banyak berkicau di sana.
Silahkan kenali aku dan membuat persepsi tentangku, tetapi jangan terkejut jika kau mendapati diri yang berbeda, sebab Uchiha Itachi juga pernah berkata, “manusia hidup dalam asumsi...”
Salam kenal...
Bandung, 15 Februari 2016

0 komentar:

Posting Komentar