Ini mungkin terdengar aneh sebab
setelah tiga tahun membuat blog dengan postingan pertama tahun 2013, baru
sekarang aku mau memperkenalkan diri. Sebenarnya aku tidak begitu suka untuk
mempublikasikan mengenai diriku pribadi. Kupikir, orang-orang bisa mengenaliku
(secara tidak langsung) lewat apa yang kutulis.
“Jika seperti itu, mengapa seorang
Fitria Wulandari lantas melakukan hal yang tidak disukainya seperti saat ini?”
Alasan pertama, karena sebuah
keharusan. Seorang dosen dari salah satu mata kuliah yang kuikuti meminta kami
–mahasiswanya untuk membuat blog dan menuliskan tentang dirinya masing-masing
di dalamnya. Singkatnya, aku melakukan ini karena tugas.
“Jadi kamu terpaksa, dong, saat
menulis ini.”
Hahaha... bukankah dalam hidup,
terkadang ada hal yang harus kamu lakukan meskipun kamu tidak menginginkannya?
Itulah yang kunamakan kewajiban.
Alasan kedua, setelah kupikir-pikir,
ternyata tidak ada salahnya memperkenalkan diriku pada orang-orang. Terlalu
naif jika berpikiran aku tidak menginginkan popularitas. Pada dasarnya, setiap
manusia memiliki kebutuhan dasar akan penghargaan (esteem needs) dan
aktualisasi diri (self actualization needs) seperti dalam konsep
kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow. Dan kupikir, lewat
tulisan ini, hak-ku akan kebutuhan tersebut bisa terpenuhi.
Alasan ketiga?
Alasan ketiga?
Hmm... kupikir itu
tidak perlu. Rasanya, dua “keadaan” di atas sudah cukup untuk dijadikan alasan
untuk menulis tentang diriku.
Baiklah, kita mulai saja...
Namaku, Fitria Wulandari. Keluargaku
biasa memanggilku Wulan, sedangkan teman-teman lebih sering memanggilku Fitria.
Dan kau boleh memanggilku dengan salah satu dari dua nama itu. Toh, aku masih
orang yang sama.
Lahir dari pasangan berdarah Jawa di
Purworejo, 28 Januari 1998. Anak kedua dari dua bersaudara. Orang tua yang
merantau di Bandung –tepatnya Kota Cimahi, membuatku tumbuh di lingkungan
Sunda. Mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi kulewati di Bandung.
Keadaan seperti itu tidak lantas membuatku melupakan asal-usul sebagai orang
Jawa dengan adat istiadat yang ada.
Aku menempuh pendidikan selama enam
tahun di SD Negeri Sindang Sari; tiga tahun di SMP Negeri 7 Cimahi; tiga tahun
di SMK Negeri 11 Bandung jurusan Administrasi Perkantoran; dan (In Syaa
Allah empat tahun) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam.
Mungkin kau berpikir, mengapa aku
memilih jurusan Komunikasi Penyiaran Islam sedangkan latar belakangku
Administrasi Perkantoran. Pada awalnya, aku menginginkan berada di jurusan
Akuntansi ketika SMK, sayangnya, poin ujian masukku hanya cukup untuk
Administrasi Perkantoran. Karena tidak mendapat apa yang kukehendaki saat itu,
aku merasa langitku runtuh. Oh, itu terdengar berlebihan...
Pada akhirnya, selama SMK, aku dibentuk
untuk menjadi calon sekretaris atau clerical worker. Otomatis, hal ini
menuntutku –yang seorang pendiam, untuk pandai berkomunikasi. Oleh sebab itu,
aku melanjutkan pendidikan di jurusan “komunikasi”.
“Oh, jadi karena itu?” Tidak, itu hanya alibi dari seorang pelajar yang terjebak di
“tempat” yang tidak dikehendakinya. Intinya, aku harus menjalani apa yang sudah
terjadi sebab aku tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Aku hanya yakin
bahwa Tuhanku lebih mengetahui apa yang terbaik bagiku. Dan inilah yang
kunamakan takdir...
Aku suka membaca beberapa cerita dan
juga berenang. Bukan berarti mahir dalam berenang, hanya saja ketika berhubungan
dengan air, aku merasa nyaman karena hanya ada suara air yang terdengar. Tidak terdengar
teriakan, cacian, pujian, atau suara-suara lain yang menurutku mengacaukan. Oh,
rasanya dunia seakan-akan hanya milikku...
Dari banyak hal yang telah kutulis,
mungkin kau menilai bahwa aku orang yang banyak bicara. Tetapi terkadang apa
yang kau ketahui dari dunia maya bisa jadi berbeda dengan kenyataanya. Aku
adalah gadis yang cukup pendiam dan tidak terlalu pandai dalam berkomunikasi
secara verbal. Maka dari itu, aku lebih suka mengungkapkan apa yang ada dalam
pikiran dan perasaanku melalui tulisan. Ini tidak berarti aku mahir dalam hal
kepenulisan, hanya saja aku sedang mencari alternatif untuk mengkomunikasikan
apa yang kuinginkan ketika lisanku tidak mampu melakukannya.
Aku tidak tahu apakah ini sama saja
dengan menyajikan kucing dalam karung, tetapi tidak ada salahnya, kan, belajar
untuk tidak menilai sebuah buku dari sampulnya? Kupikir hal seperti ini juga
berlaku dalam kehidupan. Apa yang terlihat belum tentu sesuai dengan kebenaran,
dan sesuatu yang benar bisa jadi adalah hal yang tidak terlihat. Hey, apa yang
kubicarakan ini???
Jika suatu hari Tuhan memperkenankan
kita untuk berkenalan secara langsung, dalam perjumpaan awal mungkin kau akan
berpikir bahwa aku orang yang pendiam dan pasif. Tetapi setelah lama mengenal,
kau akan menemukan diriku yang berbeda.
Bersama orang-orang yang terdekat
–yang kupercaya, aku bisa saja menjadi “gila”. Jadi tidak heran jika mereka
(yang telah mengenalku) suatu hari mendapati akuyang tiba-tiba tertawa atau
menangis, bicara panjang lebar kemudian terdiam, atau berbicara di luar topik
pembicaraan sehingga tidak jarang mereka menjadi kesal. Hahaha... terdengar
aneh, memang. “Entah positif atau negatif, menjadi asik ketika kau telah
benar-benar mengenalnya,” itu yang mereka katakan tentangku.
Terlepas dari seperti apa atau siapa
diriku yang sebenarnya, kau tidak perlu berpusing-pusing menerkanya, sebab aku
sendiri juga tengah mencarinya. Yang jelas, aku berusaha hidup dengan menjalani
apa yang telah ditetapkan oleh Tuhanku. Melakukan apa yang harus dan bisa
kulakukan, menunaikan hak dan kewajibanku terhadap Tuhanku, agamaku, dan
keluargaku. Bebas dan Bertanggung Jawab.
Menjalani apa yang (kira-kira)
membawa manfaat dan menjauhi apa yang (kira-kira) menyebabkan mudharat.
Kenapa “kira-kira”? karena bagi manusia, seperti dalam teori Heisenberg,
“ketidakpastianlah yang pasti”. Pemikiran dan perasaan manusia itu realatif.
Begitupun denganku yang tidak tahu apa yang benar-benar benar dan apa yang
benar-benar salah, serta imanku juga fluktuatif. Maka dari itu, tolong ingatkan
jika aku melakukan sesuatu yang tidak baik.
Kiranya ini semua cukup sebagai
perkenalan awal. Jika kau ingin mengenalku lebih jauh, kau bisa mengikuti aktivitasku
dalam blog ini, atau juga dalam Facebook: Fitria Wulandari. Oh, aku juga banyak
berkicau di sana.
Silahkan kenali aku dan membuat
persepsi tentangku, tetapi jangan terkejut jika kau mendapati diri yang
berbeda, sebab Uchiha Itachi juga pernah berkata, “manusia hidup dalam
asumsi...”
Salam kenal...
Bandung, 15 Februari 2016
0 komentar:
Posting Komentar