Humaira Habibi. Nama yang indah,
senang mengenalmu. Kau tahu, saat bulan lalu setelah kau memilihku untuk
menjadi sahabatmu, perasaanku menjadi seperti ladang bunga di tengah musim
semi. Kau membawaku ke kamarmu. Terdapat sebuah rak kayu yang tidak terlalu
besar terisi penuh oleh buku-buku dan kitab berkertas kuning. Hingga akhirnya
kau menempatkanku untuk berbaring diatas kasur tipis di samping tempatmu tidur.
***
“Humaira, cepat!!” teriakan seorang
perempuan yang berdiri menunggumu di depan pintu menggema untuk yang kedua
kalinya, menyuruhmu untuk bergegas.
“Iya, sebentar..” balasmu dengan
suara yang mampu memekakan telingaku. Kemudian kau menarikku dengan
tergesa-gesa hingga detik berikutnya kurasakan tubuhku berguncang karena kau
berlari semakin cepat menuju kelas.