Minggu, 02 Desember 2018

Salah Jurusan, Jangan Salah Menjalaninya

Kenapa, ya, orang lain begitu mencintai akuntansi sedangkan aku membencinya? Mau di-suka-suka-in juga tetap nggak bisa. Saat guru nerangin, bawaannya ngantuk. Ah, kenapa Ayah nggak mendukung aku masuk arsitektur?!

Membaca status pada jejaring sosial salah satu teman itu rasaanya seperti melihat bayangan diri sendiri beberapa tahun yang lalu, dimana tampak wajah nelangsa dari gadis yang menjadi korban salah jurusan.

Tidak dipungkiri bahwa berada dalam jurusan yang tidak diharapkan merupakan salah satu penghambat berkembangnya siswa di sekolah kejuruan, bahkan mahasiswa tingkat atas sekalipun. Dikarenakan jurusan yang dijalani tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, hal ini seringkali menyebabkan timbulnya pengalaman negatif.
Rasa kecewa, terpaksa, marah terhadap diri sendiri bahkan menyalahkan orang lain, dan takut tidak memiliki masa depan pasti pernah dirasakan orang-orang yang terjerumus pada jurusan yang tidak dikehendakinya. Padahal, terus berada pada kondisi tersebut tidak akan menyelesaikan masalah, yang ada malah akan membuang waktu dan energi.
Beberapa orang yang merasa tidak kuat untuk survive akhirnya memilih pindah jurusan. Untuk mengambil keputusan ini tentunya ada hal yang harus dipertimbangkan, seperti berapa biaya, waktu dan energi yang telah dikeluarkan atau yang dibutuhkan pada jurusan baru. Seberapa besar hal yang telah dikorbankan oleh orang-orang yang menyayangi, dan juga seberapa besar peluang yang akan dilepaskan. Jika pertimbangan tersebut kiranya tidak memungkinkan, maka alternatif satu-satunya adalah bertahan.
Bertahan dalam situasi yang tidak diinginkan pastilah sangat berat rasanya. Namun di sisi lain pasti ada hikmah yang bisa diambil. Ketika nasi sudah menjadi bubur, tambahkan saja potongan daging, bawang goreng dan kacang kedelai sehingga menjadi bubur ayam terlezat yang pernah ada.
Toh, nasi dan bubur sama-sama mengandung kalori yang dibutuhkan tubuh. Artinya, dimanapun kita berada (dengan jurusan apapun) selagi bisa membawa manfaat maka itu tidak akan menjadi masalah, sebab khairunnas ‘an fauhum linnas. Sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat bagi manusia lain.
Jika dilihat dari sisi positifnya, dengan berada di jurusan yang tidak sesuai justru bisa menjadikan kita kaya akan pengalaman. Kemampuan survive dari keadaan yang sulit serta dapat terus berjalan dalam tekanan membuat kita menjadi pribadi yang tahan banting dibandingkan dengan mereka yang berjalan lurus-lurus saja pada jurusan yang dikehendaki. Selalu ingatkan diri untuk tidak cengeng karena tidak ada orang sukses yang tidak tahan banting.
Bagian terpenting dari kegiatan survival ini adalah sabar dan ikhlas, serta menyerahkan segalanya kepada Sang Pencipta Yang Maha Berkehendak. Orientasikan perjuangan tersebut untuk mencari ridho Allah. Meyakini bahwa apa yang sudah terjadi merupakan salah satu ketetapan Allah, kemudian menyerahkan semua kembali kepada-Nya.
Siapa yang bisa memilih takdir? Kita boleh berencana, tapi Tuhan lebih berkehendak. Seseorang tidak bisa menetapkan darimana ia dilahirkan atau menjadi apa ia di masa depan. Maka dari itu, manusia harus siap menerima. Menerima yang cocok atau yang tidak cocok. Wis kadung kejegur, kelelep ke sisan. Yen wis rampung, baru mentas. Sudah terlanjur tercebur, tenggelamkan saja sekalian. Saat sudah selesai, barulah menepi.
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu amat baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

0 komentar:

Posting Komentar