Aku tidak mengira akan menulis ini di umurku yang menginjak 25 tahun. Kalau tidak salah, lima tahun yang lalu, ketika kau masih duduk di bangku semester tujuh perkuliahan, kau pernah mendapat tugas untuk menulis tentang dirimu lima tahun yang akan datang. Saat itu kau sempat bingung akan menuliskan apa, sebab aku tahu kau bukan tipe orang yang gemar mengkhayalkan banyak hal untuk masa depan. Aku tahu kau lebih suka menikmati hidup yang tengah dijalani dengan mengusahakannya sebaik mungkin, bahkan sampai saat ini pun aku masih seperti itu.
Layaknya membuka kotak hadiah yang dibungkus oleh kertas kado, aku yakin kau tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa kau yang dulu bisa menjadi aku yang sekarang. Seorang wanita yang berkarir di sebuah kantor percetakan ternama, dengan pekerjaan yang mengasyikkan, serta rekan kerja yang sangat ramah. Di luar kantor, aku masih melanjutkan pendidikan di bidang lain yang aku gemari dan pastinya menambah keahlianku. Kemudian ketika kejenuhan mulai menghampiri, aku biasa menghabiskan waktu dengan menulis atau menjahit. Aku juga masih sering menjalin silaturahmi dengan teman-temanmu di masa lalu. Sampai saat ini mereka masih sama. Mungkin lebih heboh karena beberapa dari mereka sudah mempunyai anak-anak yang lucu.
Perihal Mamak dan Bapak, aku akan menjaga mereka dengan baik dan kami kini tinggal bersama di rumah baru. Kau harus tahu betapa bangga dan bahagianya mereka ketika mengetahui aku bisa menjadi perempuan mandiri dengan profesi yang baik. Seperti yang kau ketahui, salah satu impian mereka adalah tidak ingin melihatmu harus bekerja seperti pekerjaan mereka. Kau tidak perlu lagi khawatir sebab saat ini aku telah mewujudkan impian tersebut. Meski begitu, hingga kini aku tidak pernah menganggap remeh terhadap pekerjaan mereka dahulu, karena berkat keringat yang mengucur dari tubuh Mamak dan Bapak saat bekerja itulah kau bisa menempuh pendidikan tinggi hingga menjadi aku yang saat ini. Sungguh mereka adalah anugerah terbesar yang Tuhan ciptakan untukku (juga untukmu).
Mereka tidak meminta lebih. Melihatku seberhasil sekarang saja meraka sangat bahagia. Mereka sudah tidak lagi bekerja seberat sebelumnya, dan sedikit-banyak aku bisa membahagiakan keponakan-keponakanku yang mulai beranjak besar. Namun satu mimpiku yang lain adalah memberangkatkan Mamak dan Bapak ke Tanah Suci. Dan untuk hal itu, aku masih mengusahakannya. Mungkin tidak lama lagi hal itu akan terwujud.
Dahulu kau sempat ikutan baper (bawa perasaan) ketika melihat banyak temanmu yang telah memiliki pendamping. Kau juga pernah dianggap aneh sebab di usiamu yang sudah 20 tahun kala itu, masih santai menjalani hidup sebagai seorang single, padahal teman-temanmu heboh membahas kesana-kemari tentang pendamping hidup dan nikah muda. Kemudian cara ngeles yang paling ampuh adalah dengan berdalih kau akan menemukan jodoh di waktu yang tepat, tentunya dengan orang yang tepat pula. Kau tahu, berkat "kesabaranmu" itulah saat ini aku telah memiliki seorang imam yang mampu menuntunku di jalan Allah. Lelaki yang sangat bisa diandalkan, memiliki komitmen, mudah diajak kompromi, dan tentunya dapat berbaur dengan keluargaku. Selain itu, keluarga besarnya sangat baik dan menerimaku serta keluargaku dengan ramah. Kau pasti tidak pernah menyangka siapa yang menjadi pendamping hidupku saat ini. Kami melakukan banyak hal seru bersama, seperti saling mendukung hobi, berlibur ketempat yang belum pernah kami kunjungi, dan berbagi kisah untuk membuang penat.
Setahun pernikahan, Tuhan menganugerahkan kepada kami seorang malaikat kecil. Aku mulai berpikir, akankah aku melanjutkan karir setelah melahirkan nanti, atau fokus mengasuh dan mendidiknya. Mungkin aku harus mencari kesibukan lain yang tidak terlalu memakan banyak waktu. Seperti kau dulu, saat ini aku masih berkeinginan untuk mendidik anak-anakku sendiri. Karena dahulu kau merasakan bagaimana tumbuh sebagai anak dari ibu yang bekerja, maka aku tidak ingin anakku kelak merasakan hal sama. Bukan apa-apa, setiap orang tua tentu menginginkan hal yang lebih baik bagi anaknya. Meski begitu, aku tetap bangga padamu karena kau berhasil tumbuh sebagai seorang yang mandiri dan tidak manja.
Banyak hal yang ingin kuceritakan padamu. Terutama tentang ucapan terima kasih atas perjuanganmu di masa lalu hingga aku sekarang bisa jadi seperti ini. Kau akan bangga padaku atas semua pencapaian ini, dan aku lebih bangga padamu karena telah berhasil melewati pahit dan manisnya kehidupanmu di masa itu. Terima kasih telah belajar banyak hal dan tidak putus asa ketika menemui hambatan dan kegagalan.
NB : Ditulis pada tahun 2023
Layaknya membuka kotak hadiah yang dibungkus oleh kertas kado, aku yakin kau tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa kau yang dulu bisa menjadi aku yang sekarang. Seorang wanita yang berkarir di sebuah kantor percetakan ternama, dengan pekerjaan yang mengasyikkan, serta rekan kerja yang sangat ramah. Di luar kantor, aku masih melanjutkan pendidikan di bidang lain yang aku gemari dan pastinya menambah keahlianku. Kemudian ketika kejenuhan mulai menghampiri, aku biasa menghabiskan waktu dengan menulis atau menjahit. Aku juga masih sering menjalin silaturahmi dengan teman-temanmu di masa lalu. Sampai saat ini mereka masih sama. Mungkin lebih heboh karena beberapa dari mereka sudah mempunyai anak-anak yang lucu.
Perihal Mamak dan Bapak, aku akan menjaga mereka dengan baik dan kami kini tinggal bersama di rumah baru. Kau harus tahu betapa bangga dan bahagianya mereka ketika mengetahui aku bisa menjadi perempuan mandiri dengan profesi yang baik. Seperti yang kau ketahui, salah satu impian mereka adalah tidak ingin melihatmu harus bekerja seperti pekerjaan mereka. Kau tidak perlu lagi khawatir sebab saat ini aku telah mewujudkan impian tersebut. Meski begitu, hingga kini aku tidak pernah menganggap remeh terhadap pekerjaan mereka dahulu, karena berkat keringat yang mengucur dari tubuh Mamak dan Bapak saat bekerja itulah kau bisa menempuh pendidikan tinggi hingga menjadi aku yang saat ini. Sungguh mereka adalah anugerah terbesar yang Tuhan ciptakan untukku (juga untukmu).
Mereka tidak meminta lebih. Melihatku seberhasil sekarang saja meraka sangat bahagia. Mereka sudah tidak lagi bekerja seberat sebelumnya, dan sedikit-banyak aku bisa membahagiakan keponakan-keponakanku yang mulai beranjak besar. Namun satu mimpiku yang lain adalah memberangkatkan Mamak dan Bapak ke Tanah Suci. Dan untuk hal itu, aku masih mengusahakannya. Mungkin tidak lama lagi hal itu akan terwujud.
Dahulu kau sempat ikutan baper (bawa perasaan) ketika melihat banyak temanmu yang telah memiliki pendamping. Kau juga pernah dianggap aneh sebab di usiamu yang sudah 20 tahun kala itu, masih santai menjalani hidup sebagai seorang single, padahal teman-temanmu heboh membahas kesana-kemari tentang pendamping hidup dan nikah muda. Kemudian cara ngeles yang paling ampuh adalah dengan berdalih kau akan menemukan jodoh di waktu yang tepat, tentunya dengan orang yang tepat pula. Kau tahu, berkat "kesabaranmu" itulah saat ini aku telah memiliki seorang imam yang mampu menuntunku di jalan Allah. Lelaki yang sangat bisa diandalkan, memiliki komitmen, mudah diajak kompromi, dan tentunya dapat berbaur dengan keluargaku. Selain itu, keluarga besarnya sangat baik dan menerimaku serta keluargaku dengan ramah. Kau pasti tidak pernah menyangka siapa yang menjadi pendamping hidupku saat ini. Kami melakukan banyak hal seru bersama, seperti saling mendukung hobi, berlibur ketempat yang belum pernah kami kunjungi, dan berbagi kisah untuk membuang penat.
Setahun pernikahan, Tuhan menganugerahkan kepada kami seorang malaikat kecil. Aku mulai berpikir, akankah aku melanjutkan karir setelah melahirkan nanti, atau fokus mengasuh dan mendidiknya. Mungkin aku harus mencari kesibukan lain yang tidak terlalu memakan banyak waktu. Seperti kau dulu, saat ini aku masih berkeinginan untuk mendidik anak-anakku sendiri. Karena dahulu kau merasakan bagaimana tumbuh sebagai anak dari ibu yang bekerja, maka aku tidak ingin anakku kelak merasakan hal sama. Bukan apa-apa, setiap orang tua tentu menginginkan hal yang lebih baik bagi anaknya. Meski begitu, aku tetap bangga padamu karena kau berhasil tumbuh sebagai seorang yang mandiri dan tidak manja.
Banyak hal yang ingin kuceritakan padamu. Terutama tentang ucapan terima kasih atas perjuanganmu di masa lalu hingga aku sekarang bisa jadi seperti ini. Kau akan bangga padaku atas semua pencapaian ini, dan aku lebih bangga padamu karena telah berhasil melewati pahit dan manisnya kehidupanmu di masa itu. Terima kasih telah belajar banyak hal dan tidak putus asa ketika menemui hambatan dan kegagalan.
NB : Ditulis pada tahun 2023
0 komentar:
Posting Komentar