"Bu, R.A. Kartini hebat, ya. Nisa ingin jadi sepertinya."
Kalimat itu selalu terngiang dalam benak Ibu setiap kali ia merindukan Nisa, anak sulungnya yang sedang menempuh pendidikan di Bandung.
Sejak Bapak meninggal, Ibu tinggal dengan kedua anaknya, Nisa dan Fajar. Namun hampir dua tahun ke belakang ia hanya tinggal dengan Fajar, anak bungsunya yang masih duduk di kelas dua SMA karena Nisa memilih merantau ke Bandung untuk kuliah.
Seperti mimpinya saat SMP, Nisa ingin jadi seperti R.A. Kartini. Sejauh ini dia sudah berusaha keras hingga mendapat beasiswa kuliah S1. Di kampus, Nisa merupakan mahasiswa yang berprestasi dan aktif di organisasi. Kepandaian dalam berbicara membuatnya diakui bukan hanya oleh teman-temannya tapi juga oleh para dosen.
Tidak hanya aktif di kampus, Nisa juga suka membagi ilmunya. Bersama rekan-rekannya ia membentuk komunitas peduli pendidikan bagi anak jalanan. Di waktu luang, ia menulis artikel tentang feminisme dan mengirimnya pada redaksi majalah wanita. Meski bayarannya tidak seberapa, tapi pekerjaan sampingannya sebagai penulis lepas dirasa cukup untuk bekal makan beberapa hari. Nisa benar-benar menjelma menjadi "Kartini Masa Kini".
***